Climate Anxiety: Menjaga Kewarasan Era Kepunahan Keenam
Kebakaran, banjir, kekeringan, gagal panen dan krisis pangan tak henti-hentinya memborbardir laman berita setiap harinya. Semakin hari semakin terasa pula dampak perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, membawa kita pada pertanyaan besar “Mampukah kita menanggulangi katastrofi ini?”, “Masihkah ada waktu yang untuk berbenah?”, “Apakah langkah yang kita lakukan sudah benar?”
Sekarang kita memasuki babak baru dimana perubahan iklim tidak hanya berdampak kepada fisik tapi juga terhadap kesehatan mental, menambah daftar penyebab anxiety yang akhir-akhir ini sering kita dengar dari berbagai macam platform. Sebut saja daftar baru itu Climate Anxiety. Hal tersebut mengacu pada studi yang dilakukan oleh American Psychiatric Association yang mengungkap sebanyak 48% penduduk Amerika mengalami kecemasan disebabkan perubahan iklim. Penelitian lain dilakukan terhadap 10.000 pemuda rentang usia 16-25 tahun pada beberapa negara (Australia, Brazil, Finlandia, Prancis, Nigeria, Portugal, Filipina, India, UK dan USA) yang menyatakan sebanyak 84% responden mengkhawatirkan adanya berbagai macam kemungkinan diakibatkan perubahan iklim. Tapi sebelum membahas lebih lanjut apa itu Climate Anxiety dan gimana cara menanggulanginya mari kita bahas sekilas apa itu anxiety.
Anxiety merupakan kecemasan yang dialami seseorang terhadap segala sesuatu yang mengancam keamanan dirinya dimasa itu maupun dimasa mendatang, bisa juga kecemasan yang disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah yang sedang terjadi ditandai dengan meningkatnya denyut jantung, otot menegang dan tekanan darah meningkat sebagai respon untuk bertahan. Hal tersebut diawali dari informasi yang diterima oleh panca indra yang kemudian diteruskan ke bagian otak disebut Amigala yang menembakkan sinyal ke bagian lain termasuk Hyppotalamus yang meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Sedangkan respon selanjutnya bisa berupa Fight or Flight tergantung pada bagaimana Ventromedial Prefrontal Cortex menentukan apa yang harus kita lakukan pada rangsangan yang diterima.
Kecemasan (Anxiety) semacam ini pada dasarnya normal bagi setiap manusia, karena ini juga naluri alamiah yang tercetak biru dalam kode genetik kita. Bahkan tanpa disadari anxiety ini menjadi salah satu variabel penentu dalam memastikan keberhasilan reproduksi dan menyelamatkan diri dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup nenek moyang kita dalam upaya bertahan hidup dari pemangsa serta kerasnya kehidupan pada masanya.
Kembali ke Climate Anxiety, ini merupakan respon kecemasan berlebih disebabkan oleh perubahan iklim yang mengakibatkan sulitnya individu terkait dalam mengendalikan emosi sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya. Dan dari beberapa sebab Climate Anxiety ini salah satunya adalah ketika individu bersangkutan menerima terlalu banyak informasi dari ilmuan, aktivis lingkungan, dokumenter dan tokoh publik mengenai perubahan iklim disertai dengan dampak yang dirasakan langsung secara berkesinambungan sehingga mengarahkan kepada rasa takut berlebih. Meskipun pada dasarnya kecemasan ini penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran terhadap berbagai macam ancaman yang berpotensi mengancam kelangsungan hidup manusia akan tetapi pada intensitas berlebih justru akan membahayakan dan mengarahkan kita pada sikap apatis, kehilangan harapan hingga menyerah terhadap keadaan yang ada.
Seperti gangguan mental lainnya, Climate Anxiety dapat disembuhkan dengan berbagai macam pendekatan yang bisa dilakukan secara mandiri, seperti:
- Kurangi rebahan, jangan mager.
Banyak artikel yang mengungkapkan bahwasanya dengan menjaga badan kita tetap melakukan berbagai macam kegiatan yang memicu pergerakan otot dan sendi mampu mengurangi tingkat depresi dan gangguan mental hingga 30%. Dampak tersebut dapat semakin dirasakan jika kita berolahraga secara teratur, tidak hanya mampu mengurangi tingkat depresi namun berolahraga mampu menjaga tubuh kita tetap bugar, meningkatkan mood, mengurangi gejala stres dan marah serta memperlambat penuaan kognitif.
- Mengkonsumsi makanan sehat dan tidur cukup.
- Bangunlah hubungan sosial dan lakukanlah hal baik untuk Bumi sebisa yang kau berikan.
Kita bisa memulai dari diri sendiri, mengajak orang terdekatmu bahkan lingkungan sosial disekitarmu pada hari tertentu untuk membersihkan lingkungan sekitar maupun daerah lain yang sudah diagendakan. Bisa dengan memunguti sampah di sungai, menyapu komplek, membuang sampah pada tempatnya, tidak membakar sampah di area terbuka, mengambil sampah di tepi pantai maupun menanam tanaman di sekitar tempat tinggalmu, dll. Sebenarnya kita bisa melakukan aktivitas apapun itu sesuai dengan tingkat kreativitas dan pendekatan yang kita miliki, karna esensi dari kegiatan tersebut guna menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran untuk diri sendiri dan disebarkan ke orang lain. Kita tidak harus melakukan hal yang besar untuk memupuk kepedulian ini, sebab hal kecil nan ringan juga memberi dampak lebih besar apabila kita mampu konsisten melakukannya.
Bagi siapapun di luar sana yang sedang mengalami Climate Anxiety, bersyukurlah! karna ini merupakan salah satu Rahmat dari Tuhan bahwa Dia memilihmu untuk peduli dan memikirkan apa yang akan terjadi jika kita semua begitu acuh terhadap hak bumi dan alam di dalamnya. Tetaplah ingat ini bukan menjadi pembenaran bahwa kita boleh tenggelam dalam kekhawatiran ini, bangkitlah, masih ada waktu bagi kita semua untuk saling berbenah, masih ada waktu untuk saling mengingatkan satu sama lain.
Terimakasih
sudah membaca, Panjang Umur Ilmu Pengetahuan.
Approved by
Novita Salsabela
Referensi:
World Mental
Health Survey
Artikel Jurnal
“Climate Anxiety in Children and Young People and Their Beliefs About
Government Responses to Climate Change: A Global Survey” oleh Caroline Hickman,
Elizabeth Mark, Panu Pihkala et al.
Ted Talks,
(Body Stuff with Dr. Jen Gunter)
Mental Health
UK
Seat At The
Table
Dr Gesche
Hubner, University College London
Melbourne
School of Psychological Sciences
American
Psychiatric Association
Generation
Dread by Britt Wray
NBC News
Gambar: The Guardian
Komentar
Posting Komentar