Cerita
indah tentang keharmonisan bumi dan penghuninya berakhir ditangan Revolusi
Industri, membawa kita menuju kepunahan yang tanpa kita sadari kitalah
penyebabnya. Menengok kebelakang tentang nenek moyang kita yang menjadi Pemburu-Pengumpul
seakan menjadi pengingat bahwa kita terlalu sibuk dengan grafik pertumbuhan
ekonomi dan upaya menghindari inflasi seminimal-minimalnya yang sebenarnya
hanya tatanan khayalan yang dibuat umat manusia.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa nenek moyang kita (Homo Erectus, Homo Rudolfensis, Homo Neandhertalensis)
juga melakukan kejahatan serupa dengan membabi buta beberapa spesies binatang
seperti Mammoth untuk mempertahankan kehidupan dan mewariskan varian gen
istimewa, tapi kita juga tidak dapat sepenuhnya menyalahkan mereka karna keterbatasan
dalam berpikir yang tidak sekompleks Homo Sapiens. Bahkan dapat dikatakan bahwa
kita jauh lebih rakus daripada mereka, bagaimana tidak? Jika mereka (Era Pemburu
Pengumpul) segera mengakhiri perburuan ketika sudah mendapatkan makanan di hari
itu, berbeda dengan kita yang bangga menimbun makanan untuk masa mendatang tanpa
memikirkan bagaimana orang lain akan makan kemudian hari.
Greenpeace.org
Masih ingatkah kita tentang bagaimana kita
mengawali Revolusi Industri yang digadang-gadang sebagai awal kemajuan terbesar
umat manusia? Setelah berhasil menemukan mesin uap yang kita sambungkan untuk
mengangkut batu bara sejauh 20Km di Britania, kita membabi buta lebih dari 236ribu
paus sperma untuk diambil minyaknya sebagai biaya untuk menghidupkan lilin,
melumasi mesin dan sebagai bagian komposisi dari sabun mandi kita. Padahal kita
memiliki hutang besar kepada mereka, jika dikalkulasikan maka seekor paus mampu
membawa 33ton karbondioksida sebelum mereka mati dan tenggelam di kedalaman
laut, berbanding jauh dengan satu batang pohon yang mampu menyerap karbon
sebesar 20-22kilogram dalam satu tahun. Kotoran yang dihasilkan sebagai efek dari
proses pencernaan paus juga dapat menyuburkan ekosistem dilaut sekaligus
memberi stok pangan bagi plankton yang berkontribusi sebagai penghasil oksigen
terbesar di Bumi.
iwf.com
Kerusakan
lingkungan tidaklah sama dengan kelangkaan sumber daya. Sebab sumber daya akan
terus meningkat dan probabilitasnya akan senantiasa begitu, akan tetapi
kerusakan lingkungan memiliki alasan fundamental yang jauh lebih kuat mengingat
manusia semakin memegang kendali atas varian zat dan sumber energi baru
dibarengi membabat habis habitat alami dan mendorong spesies lain menuju
kepunahan. Di postingan selanjutnya kita akan membahas lebih lanjut lagi
mengenai apa saja perbuatan sadar maupun tidak sadar kita yang sebenarnya mengancam kelangsungan hidup kita sendiri dan merampas hak makhluk hidup lain.Panjang Umur Ilmu Pengetahuan.
Referensi:
International
Whaling Commission.
Yuval
Noah Harari (Sapiens: a Brief History of Humankind).
Jon M Erlandson (Archeology Meets Marine
Ecology: The Antiquity of Maritime Cultures and Human Impacts on Marine
Fisheries and Ecosystems.
www.greener.com
Greenpeace.org
Google Images.
Komentar
Posting Komentar