Mereka Berbahaya, tapi kita tidak melihatnya dan terus memproduksinya.
Dia sudah ada bahkan sebelum organisme tunggal ada, dia menemani perjalanan Ibu Bumi dari planet yang tidak layak huni hingga akhirnya menjadi planet yang mampu menunjang kehidupan berbasis karbon sekaligus menjadi satu-satunya planet layak huni dalam tata surya kita. Benar dikatakan bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, yah walaupun pada porsinya memang membawa kemaslahatan bersama, akan tetapi dengan tidak sadar manusia terus memompa volume mereka hingga menghancurkan keharmonisan yang sudah mereka ciptakan dengan Ibu Bumi sekaligus mengancam kehidupan didalamnya.
Sebut
dia sebagai Gas Rumah Kaca, mari menganalogikannya sebagai penghangat ruangan
yang mampu membuat suhu di bumi menjadi lebih hangat, tanpa gas rumah kaca maka
Ibu Bumi akan 30̊C lebih dingin dari suhu sekarang ini. Gas rumah kaca terdiri dari Uap Air (H2O), Karbondioksida
(CO2), Methana (CH4), Ozon (O3), Dinitrogen Oksida (N2O) dan Klorofluorokarbon
(CFC). Akan tetapi kita
akan mengulas dua yang paling berbahaya dari keenam variabel itu, iakni Methana
dan Karbondioksida.
Methana (CH4), secara
alamiah Methana dibutuhkan sebagai sumber energi oleh beberapa jenis
mikroorganisnme, proses ini biasa kita sebut sebagai Metanogenesis yang digunakan
oleh organisme di tempat pembuangan, hewan pemamah biak dan rayap. Umumnya Methana mampu dikontrol oleh alam
sendiri, namun aktivitas manusia khususnya dalam peternakan membuat lonjakan
signifikan dalam pelepasan Methana ke atmosfer Ibu Bumi. Kabar buruknya Methana
22 kali lebih berbahaya daripada Karbondioksia, terlebih Methana mampu bertahan
selama 10 tahun sebelum berubah menjadi Karbondioksida dan Air.
Riset yang dilakukan
oleh Dr Guillermo Berra, peneliti dari National Institute of Agriculture
Technology mengemukakan bahwa seekor sapi memproduksi Methana hingga 55 Galon
dalam sehari. Dan ditahun 2019 terhitung jumlah sapi didunia sebanyak
10,5miliar. Jadi, berapa banyak Methana yang kita terbangkan tiap harinya?
Karbondioksida (CO2), sama seperti Methana,
Karbondioksida pada dasarnya merupakan gas alam yang berperan dalam memelihara
kehidupan di muka Bumi, Karbondioksida sendiri mampu menyerap gelombang
inframerah dengan kuat dan sebagai salah satu bahan pokok dalam proses
Fotosintesis. Ia juga merupakan produk respirasi makhluk hidup bahkan Fungi.
Secara alamiah, sebanyak
130-230 Juta Ton CO2 dilepaskan oleh Gunung Berapi setiap tahunnya. Akan tetapi
hingga tulisan ini saya publish tercatat peningkatan 35% konsentrasi CO2 di
atmosfer untuk mengawali revolusi industri. Namun itu tidak sebanding dengan
jumlah yang berhasil diproduksi oleh manusia sekarang yakni sebesar 27 Miliar
Ton Karbondioksida tiap tahunnya.
Sebenarnya keberadaan lautan mampu menyerap karbondioksida baik CO2 maupun Hidrasi CO2 hingga 1/3 dari total keseluruhan, namun jika lautan berinteraksi dengan CO2 maka akan menghasilkan asam karbonat yang membuat air laut semakin asam. Tentu saja ini pertanda buruk, kita bisa mempraktekkan dirumah dengan merendam cangkang kerang di gelas berisi Cuka, maka kita akan melihat bahwa cangkang tersebut perlahan akan terkikis. Fakta serupa terjadi di lautan, ketika asam karbonat dilautan makin banyak maka bisa kita lihat batu karang mulai memutih (Coral Bleaching), begitu pula kerang yang sebenarnya mampu menyerap logam berbahaya dalam lautan perlahan musnah karna cangkang yang terus menipis sebelum dia berkembangbiak.
Panjang Umur Ilmu Pengetahuan.
Referensi:
Louie Psihoyos, American
Photographer.
Dr. Stuart Pimm,
Conservation Ecologist Duke University.
Kok Bisa, Youtube Channel.
Wikipedia.
Dinas Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Yogyakarta.
Kurzgesagt-In a Nutshell,
Youtube Channel.
Kompasiana.com
Racing Extinction.
TED-Education, Youtube
Channel.
Dr Guillermo Berra,
National Institute of Agriculture Technology.
Komentar
Posting Komentar