Thrifting! Mempercantik diri sambil melindungi bumi

 

    “Goodlooking”, siapa sih yang kagak pengen? Hal yang menjadi keinginan bahkan kebutuhan khususnya generasi milenial dan Gen-Z. Anggapan bahwa berpenampilan menarik bukan hanya sebuah “branding” diri namun juga sebagai seni untuk mengekspresikan diri. Goodlooking banyak pola-nya, mulai dari kosmetik, skincare bahkan lewat pakaian. Ngomong-ngomong tentang pakaian mimin jadi inget perilaku konsumen yang akhir-akhir ini membuat mimin bahagia walaupun cuma memandangnya xixixi.

 

sumber: Ted-Ed

    Iya, temen-temen sih menyebutnya “Thrifting”, kalau anak jawa timuran menyebutnya “Dalbo(Udal-Udal Kebo), yaitu membeli pakaian yang sudah pernah digunakan namun dengan kondisi masih layak pakai. Bukan kaleng-kaleng, selain peminatnya yang banyak tapi tren ini kian marak, itu karna dengan harga yang terjangkau kita bisa mendapatkan pakaian dengan model dan merk ternama. Jika normalnya dengan uang Rp150.000 kita mendapat 1 baju, kalau Trifthing kita bisa dapat 3 bahkan lebih loh. Dan tanpa disadari selain kita mampu menghemat pengeluaran tapi tren Thrifting juga bisa menjadi bentuk kepedulian kita terhadap Bumi dan kehidupan yang ada, ini karna…

Industri Pakaian

Menempati urutan kedua terbesar penggunaan air dalam produksinya. Sekitar 1,5 Triliun liter air bersih digunakan pertahun, fakta juga menyatakan kalo 5000 Galon air juga dihabiskan untuk membuat SATU PASANG Jeans. Ngeri kan, kerugian ini belum termasuk dengan limbah air yang berpotensi mencemari sumber mata air dan ekosistem air didalamnya. Selain itu pikirkan bahan katun yang menjadi salah satu bahan pakaian yang digunakan manusia sepanjang sejarah. Ia banyak dibudidayakan di Amerika, China dan India. Sepanjang proses pembibitan dan pemanenan, katun yang baik memerlukan banyak air dan pestisida untuk menjaga kualitasnya. Ketika dipanen, katun akan dipisah dari bijinya kemudian di padatkan menjadi 225kg/bal dan menghabiskan rata-rata 2700liter air untuk membuat T-Shirt yang sering kita pakai. Sekarang mari kita antar produk ini dengan..

 

sumber: Terra Matter

Transportasi

untuk mendistribusikan produk tersebut ke berbagai negara seperti China, India, Afghanistan, Bangladesh dan Turki. Proses pendistribusian tekstil melalui darat dan laut ini menyumbang 10% dari total pelepasan emisi karbondioksida ke atmosfer. Menyebabkan naiknya temperature bumi berikut pengasaman air laut yang membuat keanekaragaman didalamnya mati secara perlahan, seperti memudarnya warna pada karang dan rusaknya cangkang kerang karna adanya interaksi kimia antara air dan asam dilaut yang berlebihan. Eh tapi...

 

sumber: Alam Semenit

Masih ingat

Dengan penggunaan pestisida berlebih untuk menghasilkan katun tadi? Dalam berbagai literatur menjelaskan bahwa penggunaan pestisida di lahan budidaya katun memerlukan lebih banyak dosis dibanding kebutuhan akan pertanian lainnya, pestisida ini bersifat karsinogenik yang membahayakan petani dan ekosistem sekitar. Selain itu tingginya permintaan pakaian juga turut mengeksploitasi hak-hak karyawan. Banyak karyawan bekerja melebihi jam rata-rata harian, ini bukan bualan belaka. Beberapa bulan lalu kita digemparkan oleh perusahaan pakaian ternama yang terbukti memberlakukan jam kerja diatas jam normal manusia bekerja, dan mirisnya para buruh pabrik itu tidak mendapat gaji lembur. Tentu saja ini tak bisa digeneralkan menyeluruh kepada industri terkait, namun tak bisa dipungkiri bahwa pelanggaran hak-hak karyawan sudah banyak terjadi.

Sehingga

Kita mungkin nggak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa tiap pilihan yang kita buat sekecil apapun akan berdampak besar bagi kelangsungan makhluk hidup di Bumi, namun yang jelas adalah hadirnya dampak signifikan bagi mereka bahkan yang tidak terlibat dalam keputusan dan kebahagiaan kita. Yang saya tulis disini tidaklah mewakili sebab akibat apa yang akan terjadi jika budaya konsumtif dan fast-fashion berhembus tanpa henti, sebab ini hanya sekelumit dari berbagai dampak yang dihasilkan oleh tiap pilihan kita buat di bidang fashion khususnya.

Semua kembali kepada wisdom kita umat manusia, apakah kita akan terus menerus memberikan kepuasan nafsu akan kebutuhan destruktif kita? Ataukah kita akan lebih mensyukuri apa yang sudah kita punya sekaligus menyelamatkan rantai kehidupan penopang manusia?

 

“Jangan risaukan apa yang belum kau miliki, namun risaukan apa yang sudah kau miliki namun belum kau syukuri”

-       Habib Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman al Musawwa –

 

Terimakasih sudah membaca, stay curious yall.

Referensi:

Alam Semenit

Ted

Ted-Ed

Narasi Newsroom

Terra Matter

NBCLX

Bussiness Insider

DW Planet A

Vox

Our Changing Climate

Study in Sweden

VICE News

Science Channel

 

 

Komentar

Postingan Populer