Membuka Gerbang "Merdeka Finansial" dengan Botol Plastik
60 sampai 70 persen tubuh manusia terdiri dari air, menjadikannya sebagai sumber daya yang menunjang metabolisme tubuh agar tetap bekerja dengan baik. Bahkan kita direkomendasikan meminum 2,6 liter air perhari (preferensi dapat berubah dan disesuaikan dengan aktivitas tiap individu), dalam berbagai referensi pun kita juga sudah bisa menyimpulkan bahwa air nggak bisa dijauhkan dari kehidupan kita.
Sampah plastik yang kita buang kebanyakan menumpuk ke pusaran air tersebut. Source: Tedx Talks |
Pada postingan sebelumnya mimin sudah membahas bagaimana awal mula plastik dan kemana serta berbentuk apa ketika ia terdegradasi oleh berbagai faktor alam, sekarang mari kita membahas yang lebih spesifik dan bener-bener dekat dengan kita, air minum dalam kemasan.
Pada tahun 2004, jika dirata-ratakan botol plastik berhasil terjual sebanyak 300milyar buah. Kemudian meningkat di tahun 2016 sebesar 480milyar dan hingga dipostingnya tulisan ini diprediksi bahwa kita akan menutup tahun 2021 dengan menghabiskan 583,3 milyar botol sekali pakai yang mana hanya 7% dari total keseluruhan yang akan didaur ulang menjadi botol plastik PET baru. Dan sisanya? Akan memenuhi tempat pembuangan sampah, mencemari sungai dan pada akhirnya bermuara ke laut sekaligus menyaingi jumlah ikan dan memposisikan diri sebagai populasi terbanyak di lautan pada tahun 2050.
Tentunya
kita nggak akan mau menjadi generasi yang terakhir kali menyaksikan indahnya
laut dengan terumbu karang serta keanekaragaman didalamnya. Tentunya kita juga
nggak akan mau dituduh sebagai penyebab kerusakan alam oleh anak cucu kita.
Kenapa?
Tiap
individu rata-rata membeli sebanyak 300 botol sekali pakai dalam setahun, mari
kita simulasikan dengan kondisi saat ini dimana harga air minum kemasan berkisar
dari harga Rp.2500. Jika diakumulasikan maka per tahun kita mengeluarkan uang
sebanyak Rp. 750.000 untuk itu saja. Bayangkan gimana jika kita mengumpulkan
uang tersebut hingga mencapai batas tertentu kemudian anggeplah dialokasikan ke
reksadana atau diselipkan aja deh dibawah bantal untuk mencapai gerbang “kemerdekaan
finansial” di usia 35tahun (Fyi harga reksadana dan instrumen investasi lainnya
sudah bisa dibeli cukup dengan 100.000 lewat HP melalui platform yang bertebaran
tentunya juga diawasi OJK). Maka jika skarang kita berusia 20tahun, 15tahun
kemudian setidaknya akan diperoleh Rp.11.250.000, yang mana itu merupakan akumulasi
dari hasil kita bertransisi dari membeli air minum dalam kemasan.
Mungkin uang tersebut dimasa mendatang akan menjadi relative kecil mengingat tingkat pendapatan perkapita kita yang diperkirakan akan terus naik beberapa tahun kedepan, namun yang pasti uang tersebut akan mampu kita daur ulang menjadi sesuatu yang lebih berguna bagi anak, lingkungan sekitar kita atau bahkan dialokasikan ke instrument investasi yang lebih menarik.
Kalau
ditengah perjalanan habis gimana?
Ya kita tetep bisa mengisi ulang botol tersebut dibeberapa tempat yang sudah tersedia air khusus minum yang disediakan oleh pemerintah setempat, atau kita juga bisa mengisi ulang di warung-warung terdekat sambil membantu “melariskan” dagangan mereka, nggak sedikit juga kok para pemilik warung memperbolehkan siapapun mengisi ulang botol tanpa membayar sepeserpun, nahkan! Sedermawan ituloh masyarakat kita, dilain sisi juga bisa menjadi bagian dari Pahlawan Lingkungan, disisi lain kita juga bisa menjalin hubungan sosial dengan masyarakat dan mendukung usaha mereka yang dalam hal ini warung-warung makanan.
Membeli satu botol air minum dalam kemasan tidak menjadi masalah, namun akan menjadi masalah Ketika seluruh populasi manusia melakukan itu tanpa disertai ketidaksadaran akan dampak yang dihasilkan. Seperti yang seringkali mimin bicarakan, bahwa sekecil apapun keputusan kita pasti akan membawa dampak yang besar bahkan pada setiap hal yang kita tak memikirkannya. Manusiawi rasanya jika ingin membeli air minum dalam kemasan mengingat beragamnya penawaran akan rasa, pengalaman dan kepraktisan. Mimin juga beberapa kali begitu, namun Ketika kita sudah memutuskan untuk membeli produk sekali pakai, otomatis menjadi tanggungjawab kita untuk memastikan bahwa barang tersebut berakhir dengan cara yang baik pula dimana tidak menimbulkan bahaya bagi siapapun.
Ada beberapa hirarki pengelolaan sampah dunia, Dumping – Disposal – Energy Recovery – Reusing – Recycling dan yang menduduki kasta paling atas adalah Reduce, mengurangi kuantitas dari sumber permasalahan tetaplah menjadi solusi terbaik untuk mengatasinya, namun juga meminta pengorbanan yang luar biasa pula, apalagi hal tersebut sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Kamu? Berada di hirarki yang mana?
Terimakasih sudah membaca, stay curious yall.
Referensi:
Plasticsoupfoundation.org
Euromonitor.com
National
Geographic
The
Guardian
Water-rightgroup.com
Verowater.com
DW Planet A
Tech
Insider
CBC News
Dr. Josh Axe
Above The
Noise
Ted-Ed
TEDx Talks
The Story
of Stuff Project
Komentar
Posting Komentar