Cara Tercepat Mengatasi Perubahan Iklim

 

sumber foto: Nobitaa

    Hingga judul tulisan ini digoreskan dalam 10 detik, lebih dari 10.000 metrik ton gas penyebab perubahan iklim menyebar ke atmosfer sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia. Mungkin bukan hanya mimin yang sulit membayangkan seberapa banyaknya jumlah itu, namun jika boleh dikonversikan maka setara dengan total berat badan rata-rata 170.000 orang dewasa. Ingat! Dalam 10 detik, kita telah mengemisikan gas sebanyak itu.

    Apabila dibreakdown kembali, 99% berupa karbondioksida (CO2) dan 1% sisanya hampir sepenuhnya merupakan Methana (CH4). Bagi temen-temen yang masih belum tahu apa itu methana bisa melihat di postingan mimin sebelumnya. Tak bisa dipungkiri bahwasanya kuantitas Methana lebih sedikit daripada Karbondioksida, akan tetapi dari 1% itulah yang menjadi penyebab paling umum mengapa terjadi perubahan iklim di seluruh penjuru bumi. Tak seperti CO2, perubahan iklim yang terjadi sekarang bukan hasil dari Methana yang terakumulasi dalam kurun waktu yang lama, akan tetapi merupakan gas yang teremisikan baru-baru ini saja.

    Sehingga sudah selayaknya bagi kita guna melindungi generasi dan kehidupan kompleks di Bumi sejalan dengan Zero Net Emissions yang digagas pada COP26 di Glasgow Inggris beberapa waktu lalu dengan mengurangi pelepasan Methana ke atmosfer sekaligus menjadi cara yang paling cepat dan efektif untuk menanggulangi suhu yang kian meningkat.

    Secara umum Methana diemisikan dari tiga sumber utama, yaitu: Manajemen Sampah, Produksi Energi dan Agrikultur.

    Produksi Energi.  Satu hal mengejutkan bahwasanya bukanlah penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan banyak emisi, namun proses produksi bahan bakar fosil itulah yang menjadi penyumbang terbesar emisi hari ini. Hal ini dikarenakan mayoritas gas alam adalah Methana yang begitu mudah lepas menuju atmosfer ketika kita menggali dan mengekstrak minyak-gas-batu bara, atau juga melalui alur pendistribusian darat-laut-udara ataupun saluran pipa. Padahal sebagaimana kita tahu bahwa kita memiliki teknologi yang mampu mengolah emisi yang terlepas untuk disimpan kemudian dijual sebagai bahan bakar maupun penghangat ruangan, jadi disini masalahnya bukan pada keterbatasan teknologi atapun dana melainkan kurangnya informasi yang didapat pemerintah terhadap seberapa banyak gas yang teremisikan dan dimana informasi itu didapatkan. If we can find it we can fix it.

    Manajemen Sampah. Methana dihasilkan oleh bakteri bebarengan dengan proses penguraian benda-benda organik, dimana biasanya begitu mudah kita temui ditempat pembuangan sampah. caranya, kita bisa menggunakan vacuum yang didesain khusus untuk dioperasikan di TPST atau bahkan menyediakan tempat khusus dimana benda organik diuraikan (pengkomposan) secara tertutup, kemudian Methana tersebut disalurkan ke ruang penyimpanan yang mana Methana tersebut bisa digunakan untuk bahan bakar maupun kelistrikan.

    Agrikultur. Dalam hal ini terdapat dua pokok pembahasan. Pertama adalah pakan ternak, secara umum Methana keluar melalui kotoran bahkan sendawa hewan ternak saat sedang memamah biak rumput, mengurangi emisi melalui pemberian pakan berkualitas atau juga dengan suplemen makanan terbukti mampu memangkas produksi Methana hingga 30% tanpa memiliki efek samping terhadap produktivitas maupun kualitas. Kedua adalah ladang padi, seperti yang kita ketahui bahwasanya padi ditanam di lahan yang penuh dengan air yang merupakan tempat ideal bagi mikroba untuk membentuk Methana, cara mudah seperti memperhatikan tingkat ketinggian air juga mampu memberikan dampak terhadap level gas yang berpotensi teremisikan.

    Ketiga hal tersebut tentunya akan berhasil ketika seluruh pihak terkait mulai melangkahkan kaki, karna jika kita berhasil melakukan ini maka kita akan dapatkan dampaknya secara langsung juga, selain itu kita akan memberi waktu kepada alam untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim seraya mencegah bencana alam ekstrim seperti kebakaran hutan Amerika dan Australia serta banjir di Eropa dan Asia. Pengurangan Methana ke atmosfer juga akan meningkatkan kualitas udara kita, meningkatkan tingkat harapan hidup serta kemakmuran seluruh penduduk bumi seisinya.

 

Terimakasih sudah membaca, stay curious yall! Panjang Umur Ilmu Pengetahuan!

Referensi

Ourworldindata.org

UN Climate Change

The Guardian

Msn.com

UN Climate Change Conference (COP26)

Ted Talks

Dr. Ilissa Ocko

Kathryn Fourie

Mia Nacamulli

The Economist

Gita Wirjawan

 

 


Komentar

Postingan Populer